Sabtu, 15 September 2018
Kerajaan Singasari Sejarah Berdiri Sampai Keruntuhannya
Kerajaan Singasari
– Dalam artikel ini akan dibahas tentang informasi tentang sejarah
kerajaan Singasari mulai dari berdirinya kerajaan, pergantian
raja-rajanya, gambaran kehidupan rakyatnya, dan keruntuhan kerajaan
Singasari.
Sejarah Kerajaan Singasari
Daftar Isi [sembunyikan]
Singasari
merupakan salah satu kerajaan yang berhasil menguasai pulau Jawa hingga
luar Jawa di masa kejayaannya. Kerajaan Singasari juga dikenal dengan
nama Kerjaan Tumapel. Kerajaan ini pertama kali berdiri di tahun 1222.
Awalnya kerajaan Singasari merupakan bagian dari Kerajaan Kediri.
Akan tetapi, akuwu dari Tumapel yang saat itu bagian dari Kerajaan Kediri yaitu Tunggul Ametung mati dibunuh oleh Ken Arok. Ken Arok pun kemudian mengangkat dirinya sendiri menjadi pengganti Tunggul Ametung menjadi akuwu.
Keputusan
Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung yang telah baik mengangkatnya
menjadi abdi merupakan akibat dari kebutaan rasa sukanya pada Ken Dedes.
Menurut cerita sejarah, Ken Arok jatuh hati pada Ken Dedes karena
melihat kecantikannya secara tidak sengaja.
Sayangnya,
Ken Arok tidak sabaran dan mengambil keris sebelum waktunya selesai.
Ken Arok pun gelap mata dan membunuh Mpu Gandring hingga mendapatkan
kutukan di akhir nafas Mpu Gandring.
Setelah
Ken Arok berhasil menjadi akuwu baru, ia pun mengawini Ken Dedes (istri
Tunggul Ametung sebelumnya) dan memperistrinya. Ken Arok pun memutuskan
untuk melepaskan Tumapel dari kerajaan Kediri dan mendirikannya sebagai
kerajaannya sendiri.
Setelah Tumapel dipimpin oleh Ken Arok,
di tahun 1222 terjadilah permasalahan hubungan antara Kertajaya yang
merupakan raja dari Kerajaan Kediri dengan kaum Brahmana. Ken Arok pun
memanfaatkan keadaan ini dengan menarik kaum Brahmana berada di
pihaknya.
Kerajaan
Tumapel kemudian berhasil menyatukan seluruh daerah bagian kerajaan
Kediri menjadi bagian dari Kerajaan Singasari. Ibukota dari kerajaan ini
pun mengalami pemindahan setelah peperangan yaitu di Gunung Arjuna.
Setelah Ken Arok berhasil mendirikan kerajaan Singasari, terjadi
pergantian raja-raja sebanyak lima kali. Pergantian raja-raja ini akan
dijelaskan pada bagian berikut ini.
Sejarah Pergantian Raja dari Kerajaan Singasari
Setelah
Ken Arok berhasil menguasai Tumapel dan Kerajaan Kediri lalu
menamakannya kerajaan Singasari, Ken Arok resmi menjadi raja pertama
Kerajaan Singasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Ken
Arok menjabat selama 5 tahun.
Prestasi
dari Ken Arok adalah memunculkan dinasti baru yaitu Dinasti Rajasa atau
Girindra. Setelah 5 tahun menjadi Raja, Ken Arok digantikan oleh
Anusapati. Anusapati membunuh Ken Arok dengan menyuruh orang suruhan.
Anusapati sendiri adalah anak dari Ken Dedes yang merupakan anak tiri
Ken Arok (1222 – 1227).
Kematian
Ken Arok kemudian menghasilkan pengangkatan Anusapati sebagai Raja
Singasari. Anusapati memimpin kerajaan Singasari selama 21 tahun
lamanya. Sayangnya, tidak banyak prestasi yang diraih Anusapati sebagai
raja karena kebiasaanya menghabiskan waktu untuk menyabung ayam.
Raja
selanjutnya yaitu Tohjoyo yang merupakan anak dari Ken Arok dan Ken
Umang kemudian membunuh Anusapati. Tohjoyo telah mengetahui peristiwa
dibalik kematian ayahnya. Oleh karena itu, dia mengundanng Anusapati
untuk adu ayam di rumahnya dan membunuh Anusapati dengan keris Empu
Gandring. Setelah itu Anusapati (1227 – 1248) mati dan digantikan oleh
Tohjoyo.
Tohjoyo
pun berhasil menduduki tahta sebagai raja dari kerajaan Singasari
setelah membunuh Anusapati. Sayangnya masa pemerintahan Tohjoyo tidak
bertahan lama. Ranggawuni yang merupakan anak dari Anusapati kemudian
membalas kematian Ayahnya dengan menggulingkan kekuasaan Tohjoyo.
Ranggawuni pun berhasil menduduki tahta kerajaan Singasari menggantikan
Tohjoyo (1248).
Setelah
Tohjoyo berhasil digulingkan, Ranggawuni pun naik tahta menjadi raja
keempat dari kerajaan Singasari. Kejayaan Ranggawuni bertahan selama 20
tahun lamanya. Gelar dari Ranggawuni adalah Sri Jaya Wisnuwardana.
Menurut sejarah yang dituliskan, di bawah pemerintahan Ranggawuni rakyat
dari kerajaan Singasari hidup tentram dan sejahtera.
Selama
masa kejayaannya pun Ranggawuni tidak lupa mempersiapkan anaknya
Kertanegara sebagai penerus tahtanya. Sejak tahun 1254, Kertanegara
telah diangkat menjadi Raja Muda. Akhirnya di tahun 1268 Wisnuwardana
meninggal dunia (1248 – 1268).
Raja
terakhir kerajaan Singasari adalah Kertanegara. Kertanegara menjabat
selama 24 tahun dan dinobatkan sebagai raja dengan kekuasaan dan
prestasi terbanyak dari kerajaan Singasari. Kertanegara sebenarnya
memiliki tujuan untuk memperluas Kerajaan Singasari hingga ke seluruh
nusantara.
Gelar
raja dari Kertanegara adalah Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Pada
masa pemerintahannya, Kertanegara memiliki tiga mahamentri, mereka
adalah mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan juga mahamentri i
sirikan. Pada masa itu Kertanegara berhasil menguasai pulau Jawa dan
berniat meluaskan kekuasaannya hingga ke Melayu. Di tahun 1257 kerajaan
Singasari berhasil menguasai kerajaan Melayu melalui ekspedi Pamalayu.
Selanjutnya,
Kertanegara pun berhasil menguasai daerah selat Malaka, Sunda, Bali,
Bakulapura, dan Gurun di Maluku. Masa kejayaan Kertanegara pun
menghadapi masalah ketika Kertanegara tidak ingin mengakui kekuasaan
dari Kublai Khan (Dinasti Mongol).
Kublai
Khan pun mengirimkan pasukannya untuk menghancurkan Kertanegara.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang yang merupakan anak dari
Kertajaya (Raja Kerajaan Kediri) untuk mengambil alih kekuasaan.
Jayakatwang membunuh Kertanegara dan seluruh pembesar istana pada suatu
acara pesta. Maka gugurlah Kertanegara (1268 – 1292). Karena itu
kerajaan Singasari pun runtuh dan menjadi kerajaan baru di bawah
kekuasaan Jayakatwang.
Gambaran Kehidupan Rakyat Kerajaan Singasari dari Sisi Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Agama
Keris
ini merupakan keris kutukan Mpu Gandring yang disebutkan akan membunuh
keturunan Ken Arok hingga tujuh turunan. Faktanya pun hal itu terjadi,
Ken Arok dan keturunannya berebutan dan berbunuhan menggunakan keris Mpu
Gandring ini.
Mengenyampingkan
permasalahan mengenai keris Mpu Gandring, penting untuk diketahui bahwa
bagaimanakah gambaran kehidupan rakyat kerajaan Singasari dari berbagai
aspek kehidupan. Setelah Ken Arok naik menjadi raja keadaan ekonomi
rakyat Kerajaan Singasari belum diketahui bagaimana keadaannya.
Hanya
saja menurut catatan sejarah, rakyat dimasa kepemimpinan Ken Arok
mengalami masa-masa yang sejahtera. Rakyat juga diketahui hidup makmur
dan rukun. Hal inilah yang kemudian disinyalir menjadi penyebab kaum
Brahmana memilih mendukung Ken Arok saat terjadi peperangan dengan
Kerajaan Kediri.
Sedangkan
di masa Anusapati, diketahui bahwa Kerajaan Singasari tidak mengalami
kemajuan melainkan kemunduran. Kesejahteraan masyarakat tidak dijaga dan
diperhatikan oleh Anusapati. Hobinya dalam melakukan adu ayam
membuatnya melupakan pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai raja. Hal
inilah yang menyebabkan Anusapati pun meninggal.
Karena
hobinya beradu ayam, Anusapati tidak memiliki rasa curiga ketika
Tohjoyo mengundangnya beradu ayam untuk membunuhnya. Pada masa
pemerintahan Tohjoyo yang singkat tidak dapat dinilai bagaimana kondisi
kehidupan masyarakat dari beberapa aspek. Hanya saja kehidupan
masyarakat terus membaik dengan setelah Ranggawuni menduduki tahta.
Kebijaksanaannya
mendatangkan banyak kemakmuran yang dirasakan oleh rakyat. Tanggung
jawab dan profesionalitas Ranggawuni pun diturunkan hingga masa
pemerintahan anaknya Kertanegara. Akhirnya, Kertanegara pun berhasil
mewujudkan cita-citanya hingga hampir sempurna. Seperti diketahui
Kertanegara berhasil menyatukan Jawa dan Madura hingga Bali dan
Nusantara, bahkan Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku menjadi satu kerajaan
yaitu Kerajaan Singasari.
Sejarah Keruntuhan Kerajaan Singasari Awal Mula Kerajaan Majapahit
Setelah
Kertanegara wafat dan gugur oleh pertempuran yang dipimpin oleh
Jayakatwang, Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara
diperbolehkan untuk hidup dan mengungsi ke suatu daerah yang kemudian
dinamakannya Desa Majapahit.
Pada
tahun 1293, Raden Wijaya melakukan pembalasan dendam atas kematian
keluarga mertuanya. Memanfaatkan pasukan Mongol yang sedang dikirimkan
ke Jawa, Raden Wijaya berhasil memukul kalah Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang kalah, maka Raden Wijaya membalikan serangannya ke pasukan
Mongol dan mengusirnya keluar dari daerah Jawa.
Setelah
berhasil memenangkan pertempuran, Raden Wijaya pun mendirikan kerajaan
Majapahit dan memproklamasikannya sebagai lanjutan dari dinasti Ken
Arok. Seperti yang diketahui, Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan
Hindu-Budha terbesar selanjutnya.
Sejarah-sejarah mengenai kerajaan Singasari
ini banyak diceritakan melalui prasasti. Sejarah Tumapel misalnya
merupakan informasi yang terdapat dalam prasasti Mula Malurung. Hanya
saja terdapat banyak perbedaan antara yang dituliskan dalam prasasti
Mula Malurung dengan sejarah Tumapel yang berdasarkan prasasti Kudadu.
Misalnya
saja perbedaan mengenai siapa pendiri dari kerajaan Singasari. Di dalam
prasasti Kudadu kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok, sedangkan
dalam prasasti Mula Malurung kerajaan Singasari dituliskan didirikan
oleh Bhatara Siwa.
Perbedaan
lain juga ditemukan pada penulisan dalam prasasti Mula Malurung yang
menyatakan terdapat perpecahan kerajaan Singasari menjadi dua kerajaan.
Prasasti ini menuliskan bahwa Anusapati memimpin kerajaan Singasari dan
Tohjoyo memimpin kerajaan selanjutnya. Perbedaan juga tertulis kembali
mengenai bagaimana kedua kerajaan yang dipimpin oleh Anusapati dan
Tohjoyo berhasil disatukan kembali oleh Ranggawuni.
Demikianlah kira-kira perbedaan sejarah kerajaan Singasari yang dituliskan dalam beberapa sumber yang ada.
Sejarah kerajaan Singasari ini kemudian dapat mengajarkan pada masyarakat bagaimana untuk hidup rukun dan tidak serakah seperti yang dilakukan oleh Ken Arok.
Sejarah kerajaan Singasari ini kemudian dapat mengajarkan pada masyarakat bagaimana untuk hidup rukun dan tidak serakah seperti yang dilakukan oleh Ken Arok.
Keserakahan
hanya akan mendatangkan kekuasaan sesaat dan malah hanya mendatangkan
kutuk untuk keturunan masyarakat selanjutnya. Melalui raja Anusapati,
maka didapatkan nilai moral untuk tidak boleh mengabaikan tanggung jawab
karena hal-hal seperti hobi dan kesenangan.
Hobi
dan kesenangan yang tidak ditempatkan pada tempatnya dapat mendatangkan
musibah termasuk juga kematiannya. Pelajaran lain dapat dipetik dari
raja Ranggawuni dan anaknya Kertanegara. Kedua raja ini memberikan
pelajaran moral untuk memiliki karakter yang bertanggung jawab dan
memiliki mimpi yang besar. Karena mimpi dapat terwujud dengan kerja
keras yang baik. Pelajaran untuk tidak serakah ini merupakan pelajaran
yang paling penting untuk dapat dipelajari dari sejarah.
Demikianlah sejarah dari Kerajaan Singasari
dan pendirinya yaitu Ken Arok. Ternyata, setiap pelajaran sejarah dari
masa lalu Indonesia sangat bermanfaat untuk menjadi pembelajaran dalam
masyarakat. Sejarah tidak akan pernah mati dan tidak pernah sia-sia
untuk terjadi. Selalu ada banyak pembelajaran yang harus menjadi
perbaikan bagi masyarakat di masa kini.