Sabtu, 15 September 2018
BAB 1
MASA KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA
A. PROSES
MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA SERTA KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA DI
INDONESIA
1. Masuknya
agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa perubahan kehidupan
masyarakat Indonesia, antara lain :
Ø Semula
belum mengenal tulisan (masa praaksara) menjadi mengenal tulisan dan
memasuki zaman sejarah (masa aksara).
Ø Semula
hanya mengenal dan menganut kepercayaan animisme dan dinamisme
kemudian mengenal dan menganut agama dan kebudayaan Hindu-Budha.
Ø Semula
hanya mengenal sistem kesukuan dengan kepala suku sebagai pemimpinnya
menjadi pengenal dan menganut sistem pemerintahan kerajaan dengan
raja sebagai pimpinan pemerintahan yang bercorak Hindu-Budha.
2. Teori
masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha sebagai berikut.
Ø Teori
waisya,
berpendapat bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh
golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti angin musim (setengah
tahun berganti arah) sehingga enam bulan menetap di Indonesia dan
menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu. Salah satu tokoh pendukung
hipotesis waisya adalah N.J.Krom.
Ø Teori
Ksatria, pembawa
agama dan kebudayaan Hindu ialah golongan ksatria yang kalah perang
di India, kemudian lari ke Indonesia. Salah seorang pendukung
hipotesis ksatria adalah C.C.Berg.
Ø Teori
Brahmana, pembawa
agama dan kebudayaan hindu ke Indonesia ialah golongan Brahmana yang
diundang oleh raja raja Indonesia untuk menobatkan dengan upacara
Hindu (abhiseka=penobatan). Pendukung hipotesis ini adalah J.C.van
Leur.
Ø Teori
nasional, bahwa
bangsa Indonesia yang berdagang ke India pulang dengan membawa agama
dan kebudayaan Hindu atau sebaliknya orang-orang Indonesia (raja)
mengundang Brahmana kemudian Brahmana menyebarkan agama dan
kebudayaan Hindu di Indonesia. Pendapat ini disebut teori arus balik.
Pendukung teori ini adalah F.D.K.Bosch.
B. PERKEMBANGAN
TRADISI HINDU-BUDHA
AKULTURASI
Masuknya
budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya
Akulturasi. Akulturasi merupakan
perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur
asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang
masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui
proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat
Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan
karena:
1.
Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup
tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2.
Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local
genius merupakan
kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing
dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.
Pengaruh
kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada
di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang
masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan
hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan Indonesia.
Seni
Bangunan
Seni
bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara
seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan
bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India.
Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu
bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha.
Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam
benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga
berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa.
Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat
peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan
stupa.
Seni
Sastra dan Aksara
Periode
awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode
tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya:
Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan
Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara
Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya
merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti
yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa
Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India.
Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno
dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan
selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali Kuno.
Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di
kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.
Sistem
Kalender
Diadopsi
dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan
adanya Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan
sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari,
tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari
dalam 1 tahun ada 365 hari.
C. KERAJAAN
KUTAI
Kutai
Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang
memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4.
Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur,
tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para
ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang
menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang
secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit
informasi yang dapat diperoleh.
Yupa
Prasasti
Kerajaan Kutai
Informasi
yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara
pengorbanan yang berasal dariabad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang
menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah
Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu
peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan raja
Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban
yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui
bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman.
Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan
20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa
menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis
oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang
diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi prasasti
diatas adalah sebagai berikut:
Nama-Nama
Raja Kutai
Peta
Kecamatan Muara Kaman
1. Maharaja
Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja
Aswawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja
Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja
Marawijaya Warman
5. Maharaja
Gajayana Warman
6. Maharaja
Tungga Warman
7. Maharaja
Jayanaga Warman
8. Maharaja
Nalasinga Warman
9. Maharaja
Nala Parana Tungga
10. Maharaja
Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja
Indra Warman Dewa
12. Maharaja
Sangga Warman Dewa
13. Maharaja
Candrawarman
14. Maharaja
Sri Langka Dewa
15. Maharaja
Guna Parana Dewa
16. Maharaja
Wijaya Warman
17. Maharaja
Sri Aji Dewa
18. Maharaja
Mulia Putera
19. Maharaja
Nala Pandita
20. Maharaja
Indra Paruta Dewa
21. Maharaja
Dharma Setia
D. KERAJAAN
TARUMANEGARA
Tarumanagara atau Kerajaan
Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad
ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara
yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan
peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada
saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Bukti
keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu
yang ditemukan. Lima diBogor, satu di Jakarta dan satu
di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa
kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada
tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam
Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah
Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan
Salakanagara.
Prasasti
yang ditemukan
- Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
- Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
- Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
- Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
- Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
- Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
- Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
E. KERAJAAN
MATARM KUNO
Awal
berdirinya kerajaan
Kerajaan
Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram
Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah
kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8,
kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja
kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa
prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa
Timur, serta membangun banyak candi baik yang
bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya
runtuh pada awal abad ke-11. Kerajaan Medang (atau sering
juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atauKerajaan Mataram
Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa
Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa
Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak
meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar
di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun
banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha.
Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11. Prasasti
Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah
Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan
Medang (Rahyang
ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu)
adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Sanjaya sendiri
mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak
menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan
adanya raja lain yang memerintah pulau Jawasebelum dirinya,
bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya
kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha,
saudara perempuan Sanna.
F. KERAJAAN
SRIWIJAYA
Sriwijaya adalah
salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di
pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh
di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang
dari Kamboja,Thailand Selatan, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti
"bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti
"kemenangan" atau "kejayaan"maka nama Sriwijaya
bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal
mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang
pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi
Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti
yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7,
yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh
682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai
menyusut dikarenakan beberapa peperangan di
antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada
tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola
I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan
Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. Setelah jatuh,
kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali
lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis
G. KERAJAAN
KEDIRI
Kerajaan
Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang
terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini
berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota
Kediri sekarang.
Masa-masa
awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti
Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya
memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan
sepeninggal Airlangga.
Sejarah
Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting
tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri
Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui,
sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah
dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang
ditemukan.
Kerajaan
Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil
menaklukkan Kerajaan Janggaladengan semboyannya yang terkenal
dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu
Jayati,
atauPanjalu
Menang.
Pada
masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu
mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi
seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan
sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini
diperkuat kronik Cina berjudul Ling
wai tai ta karya
Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya
selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa,
dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani
Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu,
sedangkan Sumatradikuasai Kerajaan Sriwijaya.
H. KERAJAAN
SINGASARI
Kerajaan
Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari,
adalah sebuah kerajaan diJawa Timur yang didirikan oleh Ken
Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang
diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.
Wangsa
Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini
menjadi penguasa Singhasari, dan berlanjut pada kerajaan Majapahit.
Terdapat perbedaan antara Pararaton danNagarakretagama dalam
menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.