Sabtu, 15 September 2018

Sejarah Lengkap Kerajaan Kutai, Raja, Peninggalan, Kehidupan Sosial Politik, Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Kutai

Sejarah Lengkap Kerajaan Kutai, Raja, Peninggalan, Kehidupan Sosial Politik, Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Kutai - Terdapat beberapa kerajaan di Indonesia yang bercorak hindu, salah satunya adalah Kerajaan Kutai Martadipura atau yang lebih dikenal dengan Kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan hindu tertua di Indonesia, kerajaan ini berdiri sekitar abad ke 4 dan terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.

Sejarah Lengkap Kerajaan Kutai, Raja, Peninggalan, Kehidupan Sosial Politik, Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Kutai

Nah kali ini kita akan membahas tentang sejarah, raja, peninggalan, kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya serta masa kejayaan dan runtuhnya kerajaan kutai. Berikut selengkapnya:

Sejarah Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai Martadipura merupakan kerajaan hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini berdiri sekitar abad 4. Kerajaan Kurai terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat Tenggarong), tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama kutai itu sendir. Karena tidak ada prasati yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan tersebut sehingga para ahli memberikan nama kutai pada kerajaan tersebut.

Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan berupa prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut disimpulkan berisi tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, diantaranya politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia memiliki seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta atau pembentuk keluarga. Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman.

Penggunaan nama Aswawarman dan nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan bahwa pengaruh ajaran Hindu telah masuk dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa para raja Kutai merupakan orang Indonesia asli yang memeluk agama Hindu.

Raja Kerajaan Kutai
Berikut ini adalah nama raja yang pernah memimpin kerajaan kutai, diantaranya yaitu:

1. Maharaja Kudungga
Kudungga merupakan raja pertama kerajaan kutai. Para ahli sejarah menafsirkan bahwa nama Maharaja Kudungga merupakan nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan budaya India. Pada awalnya, Raja Kudungga berkedudukan sebagai kepala suku, dengan masuknya pengaruh agama Hindu, ia mengubah stuktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan menggakat dirinya sebagau raja sehingga kedudukan raja akan dilakukan secara turun menurun.

2. Maharaja Aswawarman
Aswawarman merupakan anak dari Raja Kudungga. Diketahui pula bahwa Aswawarman merupakan pendiri dinasti kerajaan Kutar yang diberi gelar Wangsakerta yang berarti pembentuk keluarga.

Dalam prasasti yupa dikatakan bahwa Raja Aswawarman merupakan raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahanya, wilayah kekuasaan Kutai semakin diperluas. Hal tersebut terbukti dengan dilakukannya Upacara Asmawedha. Upacara tersebut merupakan upacara yang pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta saat ingin memperluas wilayah kekuasaannya. Upacara Asmawedha yaitu upacara pelepasan kuda dengan tujuan menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai. Penentuan batas tersebut dilihat dari tapak kaki kuda yang nampak di tanah hingga tapak terakhir berada maka disitu batas kekuasaannya.

3. Maharaja Mulawarman
Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman. Raja Mulawarman merupakan raja terbesar di Kerajaan Kutai. Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai mencapai masa kejayaannya, rakyat hidup aman dan sejahtera hingga Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas.

4. Maharaja Irwansyah
5. Maharaja Sri Aswawarman
6. Maharaja Marawijaya Warman
7. Maharaja Gajayana Warman
8. Maharaja Tungga Warman
9. Maharaja Jayanaga Warman
 10. Maharaja Nalasinga Warman
11. Maharaja Nala Parana Tungga
12. Maharaja Gadingga Warman Dewa
13. Maharaja Indra Warman Dewa
14. Maharaja Sangga Warman Dewa
15. Maharaja Singsingamangaraja XXI
16. Maharaja Candrawarman
17. Maharaja Prabu Nefi Suriagus
18. Maharaja Ahmad Ridho Darmawan
19. Maharaja Riski Subhana
20. Maharaja Sri Langka Dewa
21. Maharaja Guna Parana Dewa
22. Maharaja Wijaya Warman
23. Maharaja Indra Mulya
24. Maharaja Sri Aji Dewa
25. Maharaja Mulia Putera
26. Maharaja Nala Pandita
27. Maharaja Indra Paruta Dewa
28. Maharaja Dharma Setia

Peninggalan Kerajaan Kutai
Berikut adalah peninggalan kerajaan kutai:

Prasasti Yupa
Prasasti Yupa merupakan salah satu peninggalan kerajaan kutai yang paling tua. Ini merupakan bukti terkuat mengenai adanya kerajaan hindu yang ada di atas tanah Kalimantan. Hingga saat ini, sedikitnya terdapat 7 prasasti yupa yang masih tetap ada.

Kalung Ciwa
Kalung Ciwa merupakan peninggalan kerajaan Kutai yang ditemukan pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Ini ditemukan pada tahun 1890 oleh penduduk di sekitar Danau Lipan, Muara Kaman. Hingga saat ini, Kalung Ciwa masih digunakan sebagai perhiasan kerajaan dan digunakan oleh sultan saat ada pesta penobatan sultan baru.

Ketopong Sultan
Ketopong merupakan mahkota Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas. Ketopong sultan kutai ditemukan pada tahun 1890 di daerah Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Mahkota ini memiliki bobot sekitar 1,98 kg dan kini disimpan di Musium Nasional Jakarta. Sedangkan yang ada di Musium Mulawarman merupakan ketopong tiruan.

Kura-Kura Emas
Kura-Kura Emas ini memiliki ukuran sebesar setengah kepalan tangan. Benda peninggalan ini ditemukan di daerah Long Lalang yaitu daerah disekitar hulu sungai Mahakam. Berdasarkan riwayat, Kura-Kura Emas ini merupakan persembahan bagi putri kerajaan kutai, Aji Bidara Putih dari seorang pangeran dari kerajaan di China sebagai bukti kesungguhannya untuk mempersunting sang putri.

Kalung Uncal
Kalung Uncal merupakan kalung emas seberat 170 gram dengan dihiasi liontin berelief cerita ramayana. Berdasarkan penelitian para ahli, kalung uncal ini diperkirakan berasal dari India (Unchele). Saat ini hanya ada 2 kalung uncal di dunia, satu di India dan satu lagi di Museum Mulawarman, Tenggarong.

Tali Juwita
Tali juwita ini merupakan peninggalan kerajaan kutai yang menyimbolkan 7 muara dan 3 anak sungai (sungai Kelinjau, Belayan dan Kedang Pahu) yang dimiliki sungai mahakam. Tali juwita ini terbuat dari benang sebanyak 21 helai dan biasanya digunakan dalam upacara adat Bepelas.

Keris Bukit
Keris ini merupakan keris yang digunakan oleh permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama yaitu Permaisuri Aji Putri Karang Melenu. Menurut legenda, permaisuri ini merupakan putri yang ditemukan dalam gong yang hanyut di balai bambu, dalam gong tersebut adapula sebutir telur ayam dan sebuah keris yaitu keris bukui kang.

Pedang Sultan Kutai
Pedang Sultan Kutai ini terbuat dari emas padat. Pada bagian gagang pedang terukir gambar seekor harimau yang sedang siap menerkam, sedangkan pada bagian ujung sarung pedang dihiasi gambar seekor buaya.

Meriam Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan yang memiliki sistem pertahanan yang kuat, hal ini dibuktikan ditemukan beberapa meriam dan alat beladiri lainnya. Meriam tersebut diantaranya Meriam Sapu Jagat, Meriam Gentar Bumi, Meriam Aji Entong, dan Meriam Sri Gunung.

Kelambu Kuning
Hingga kini masyarakat adat masih percaya bahwa beberapa benda peninggalan kerajaan kutai memiliki kekuatan magis. Benda-benda tersebut diantaranya seperti kelengkang besi, gong raden galuh, gong bende, arca singa, sangkoh piatu, tajau dan keliau aji siti berawan. Semua benda tersebut di tempatkan dalam kelambu kuning.

Singgasana Sultan
Dahulu singgasana atau Setinggil ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Aji Muhammad Parikesit dan raja kutai sebelumnya. Singgasana ini dilengkapi dengan payung, umbul-umbul dan perandu pengantin kutai keraton.

Selain peninggalan diatas masih ada banyak peninggalan kerajaan kutai yang lainnya seperti tombak, keramik kuno tionggkok (ditemukan di sekitar danau Lipan), gamelan gajah prawoto, topeng, keris, pangkon, wayang kulit, serta barang-barang kuningan dan perak.

Kehidupan Politik Kerajaan Kutai
Dalam yupa dijelaskan bahwa raja terbesar kerajaan kutai adalah Raja Mulawarman. Mulawarman sendiri adalah putra dari Raja Aswawarman yang merupakan putra Raja Kudungga. Raja Aswawarman ini dalam Yupa disebut sebagai Dewa Matahari dan pendiri keluarga karena pada masa pemerintahan Raja Aswawarman telah menganut agama hindu.

Raja Kudungga merupakan raja pertama kerajaan kutai. Pada awalnya, Raja Kudungga merupakan kepala suku. Menurut para ahli pada masa pemerintahan Raja Kudungga, pengaruh hindu baru masuk ke wilayah pemerintahannya.

Raja Aswawarman merupakan raja kutai pertama yang bercorak hindu. Raja Aswawarman ini dikenal sebagi pendiri dinasti kerajaan kutai dengan gelar Wangsakerta atau pembentuk keluarga.

Raja Mulawarman merupakan raja terbesar kerajaan kutai yang dimana pada masa pemerintahannya, kerajaan kutai mencapai masa kejayaannya dengan wilayah kekuasaaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kutai
Dalam salah satu parasasti disebutkan bahwa Raja Mulawarman sudah mengadakan upacara korban emas dan menghadiahkan 20.000 ekor sapi bagi para golongan Brahma. Tidak diketahui darimana asal pastiu emas dan tersebut tapi jika emas dan sapi tersebut berasal dari tempat lain berarti dapat disimpulkan bahwa kerajaan kutai telah melakukan kegiatan dagang.

Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Kutai
Seperti yang dijelaskan dalam yupa, dalam kehidupan sosial, hubungan antara Raja Mulawarman dan golongan brahmna memiliki hubungan yang harmonis yaitu dengan memberikan sedekah sebanyak 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana ke Waprakeswara yaituy tempat suci untuk memuja Dewa Siwa.

Sedangkan dalam kehidupan budidaya, kerajaan kutai sudah sangat maju hal ini terbukti dengan adanya iupacara penghinduan yang disebut dengan Vratyastoma, Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, upacara tersebut dipimpin oleh pendeta Brahmana orang Indonesia Asli. Dengan adanya kaum brahmana dari orang indonesia asli membuktikan bahwa orang indonesia asli memiliki kemampuan intelektual yang tinggi terutama dalam penguasaan bahasa Sanskerta.

Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Kutai
Masa keemasan atau kejayaan kerajaan kutai berada saat pemerintahan Raja Mulawarman. Karena raja mulawarman begitu bijaksana dan royal untuk hal religius, Ia pernah memberi hadiah para brahmana berupa emas, tanah, dan ternak secara adil, mengadakan upacara sedekah di tempat yang dianggap suci atau Waprakeswara.

Sedangkan, keruntuhan kerajaan kutai terjadi pada masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia yang tewas dalam peperangan. Raja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke 13 yaitu Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.

Perlu diketahui Kerajaan Kutai Martadipura berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang memiliki ibukota pertama kali di Kutai Lama atau Tanjung Kute. Kutai Kartanegara pada tahun 1365 disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara ini selanjutnya menjadi kerajaan Islam bernama Kesultanan Kutai Kartanegara.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © santri pengejar barokah - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -